Senin, 01 Oktober 2012

Materi Sosiologi (Sosialisasi)

SOSIALISASI


Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory). Karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu. 
Jenis sosialisasi
Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi dua: sosialisasi primer (dalam keluarga) dan sosialisasi sekunder (dalam masyarakat). Menurut Goffman kedua proses tersebut berlangsung dalam institusi total, yaitu tempat tinggal dan tempat bekerja. Dalam kedua institusi tersebut, terdapat sejumlah individu dalam situasi yang sama, terpisah dari masyarakat luas dalam jangka waktu kurun tertentu, bersama-sama menjalani hidup yang terkukung, dan diatur secara formal.
1.    Sosialisasi primer
Peter L. Berger dan Luckmann mendefinisikan sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga). Sosialisasi primer berlangsung saat anak berusia 1-5 tahun atau saat anak belum masuk ke sekolah. Anak mulai mengenal anggota keluarga dan lingkungan keluarga. Secara bertahap dia mulai mampu membedakan dirinya dengan orang lain di sekitar keluarganya.
Dalam tahap ini, peran orang-orang yang terdekat dengan anak menjadi sangat penting sebab seorang anak melakukan pola interaksi secara terbatas di dalamnya. Warna kepribadian anak akan sangat ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi yang terjadi antara anak dengan anggota keluarga terdekatnya.
2.    Sosialisasi sekunder
Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Salah satu bentuknya adalah resosialisasi dan desosialisasi. Dalam proses resosialisasi, seseorang diberi suatu identitas diri yang baru. Sedangkan dalam proses desosialisasi, seseorang mengalami 'pencabutan' identitas diri yang lama.
Tipe sosialisasi
Setiap kelompok masyarakat mempunyai standar dan nilai yang berbeda. contoh, standar 'apakah seseorang itu baik atau tidak' di sekolah dengan di kelompok sepermainan tentu berbeda. Di sekolah, misalnya, seseorang disebut baik apabila nilai ulangannya di atas tujuh atau tidak pernah terlambat masuk sekolah. Sementara di kelompok sepermainan, seseorang disebut baik apabila solider dengan teman atau saling membantu. Perbedaan standar dan nilai pun tidak terlepas dari tipe sosialisasi yang ada. Ada dua tipe sosialisasi. Kedua tipe sosialisasi tersebut adalah sebagai berikut.
1.    Formal
Sosialisasi tipe ini terjadi melalui lembaga-lembaga yang berwenang menurut ketentuan yang berlaku dalam negara, seperti pendidikan di sekolah dan pendidikan militer.
2.    Informal
Sosialisasi tipe ini terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan yang bersifat kekeluargaan, seperti antara teman, sahabat, sesama anggota klub, dan kelompok-kelompok sosial yang ada di dalam masyarakat.
Pola sosialisasi
Sosiologi dapat dibagi menjadi dua pola:
1.       Sosialisasi represif (repressive socialization) menekankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan. Ciri lain dari sosialisasi represif adalah penekanan pada penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan. Penekanan pada kepatuhan anak dan orang tua. Penekanan pada komunikasi yang bersifat satu arah, nonverbal dan berisi perintah, penekanan sosialisasi terletak pada orang tua dan keinginan orang tua, dan peran keluarga sebagai significant other.

2.        Sosialisasi Partisipatoris (participatory socialization) merupakan pola di mana anak diberi imbalan ketika berprilaku baik. Selain itu, hukuman dan imbalan bersifat simbolik. Dalam proses sosialisasi ini anak diberi kebebasan. Penekanan diletakkan pada interaksi dan komunikasi bersifat lisan yang menjadi pusat sosialisasi adalah anak dan keperluan anak. Keluarga menjadi generalized other.
Proses sosialisasi
George Herbert Mead berpendapat bahwa sosialisasi yang dilalui seseorang dapat dibedakan menlalui tahap-tahap sebagai berikut.
1.       Tahap persiapan (Preparatory Stage)
Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri. Pada tahap ini juga anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna.
Contoh:  Kata "makan" yang diajarkan ibu kepada anaknya yang masih balita diucapkan "mam". Makna kata tersebut juga belum dipahami tepat oleh anak. Lama-kelamaan anak memahami secara tepat makna kata makan tersebut dengan kenyataan yang dialaminya.
2.       Tahap meniru (Play Stage)
Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini mulai terbentuk kesadaran tentang nama diri dan siapa nama orang tuanya, kakaknya, dan sebagainya. Anak mulai menyadari tentang apa yang dilakukan seorang ibu dan apa yang diharapkan seorang ibu dari anak. Dengan kata lain, kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain juga mulai terbentuk pada tahap ini. Kesadaran bahwa dunia sosial manusia berisikan banyak orang telah mulai terbentuk. Sebagian dari orang tersebut merupakan orang-orang yang dianggap penting bagi pembentukan dan bertahannya diri, yakni dari mana anak menyerap norma dan nilai. Bagi seorang anak, orang-orang ini disebut orang-orang yang amat berarti (Significant other)
3.      Tahap siap bertindak (Game Stage)
Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri pada posisi orang lain pun meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara bersama-sama. Dia mulai menyadari adanya tuntutan untuk membela keluarga dan bekerja sama dengan teman-temannya. Pada tahap ini lawan berinteraksi semakin banyak dan hubunganya semakin kompleks. Individu mulai berhubungan dengan teman-teman sebaya di luar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di luar keluarganya secara bertahap juga mulai dipahami. Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar keluarganya.
4.       Tahap penerimaan norma kolektif (Generalized Stage/Generalized other)
Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa tidak hanya dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan masyarakat luas. Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama--bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya-- secara mantap. Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya.
Menurut Charles H. Cooley
Cooley lebih menekankan peranan interaksi dalam teorinya. Menurut dia, Konsep Diri (self concept) seseorang berkembang melalui interaksinya dengan orang lain. Sesuatu yang kemudian disebut looking-glass self terbentuk melalui tiga tahapan sebagai berikut.
1. Kita membayangkan bagaimana kita di mata orang lain.'
Seorang anak merasa dirinya sebagai anak yang paling hebat dan yang paling pintar karena sang anak memiliki prestasi di kelas dan selalu menang di berbagai lomba.
2. Kita membayangkan bagaimana orang lain menilai kita.'
Dengan pandangan bahwa si anak adalah anak yang hebat, sang anak membayangkan pandangan orang lain terhadapnya. Ia merasa orang lain selalu memuji dia, selalu percaya pada tindakannya. Perasaan ini bisa muncul dari perlakuan orang terhadap dirinya. MIsalnya, gurunya selalu mengikutsertakan dirinya dalam berbagai lomba atau orang tuanya selalu memamerkannya kepada orang lain. Ingatlah bahwa pandangan ini belum tentu benar. Sang anak mungkin merasa dirinya hebat padahal bila dibandingkan dengan orang lain, ia tidak ada apa-apanya. Perasaan hebat ini bisa jadi menurun kalau sang anak memperoleh informasi dari orang lain bahwa ada anak yang lebih hebat dari dia.
3. Bagaimana perasaan kita sebagai akibat dari penilaian tersebut.
Dengan adanya penilaian bahwa sang anak adalah anak yang hebat, timbul perasaan bangga dan penuh percaya diri.
Ketiga tahapan di atas berkaitan erat dengan teori labeling, dimana seseorang akan berusaha memainkan peran sosial sesuai dengan apa penilaian orang terhadapnya. Jika seorang anak dicap "nakal", maka ada kemungkinan ia akan memainkan peran sebagai "anak nakal" sesuai dengan penilaian orang terhadapnya, walaupun penilaian itu belum tentu kebenarannya.
Agen Sosialisasi
adalah pihak-pihak yang melaksanakan atau melakukan sosialisasi. Ada empat agen sosialisasi yang utama, yaitu keluarga, kelompok bermain, media massa, dan lembaga pendidikan sekolah.
Pesan-pesan yang disampaikan agen sosialisasi berlainan dan tidak selamanya sejalan satu sama lain. Apa yang diajarkan keluarga mungkin saja berbeda dan bisa jadi bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh agen sosialisasi lain. Misalnya, di sekolah anak-anak diajarkan untuk tidak merokok, meminum minman keras dan menggunakan obat-obatan terlarang (narkoba), tetapi mereka dengan leluasa mempelajarinya dari teman-teman sebaya atau media massa.
Proses sosialisasi akan berjalan lancar apabila pesan-pesan yang disampaikan oleh agen-agen sosialisasi itu tidak bertentangan atau selayaknya saling mendukung satu sama lain. Akan tetapi, di masyarakat, sosialisasi dijalani oleh individu dalam situasi konflik pribadi karena dikacaukan oleh agen sosialisasi yang berlainan.
1.       Keluarga (kinship)
Bagi keluarga inti (nuclear family) agen sosialisasi meliputi ayah, ibu, saudara kandung, dan saudara angkat yang belum menikah dan tinggal secara bersama-sama dalam suatu rumah. Sedangkan pada masyarakat yang menganut sistem kekerabatan diperluas (extended family), agen sosialisasinya menjadi lebih luas karena dalam satu rumah dapat saja terdiri atas beberapa keluarga yang meliputi kakek, nenek, paman, dan bibi di samping anggota keluarga inti. Pada masyarakat perkotaan yang telah padat penduduknya, sosialisasi dilakukan oleh orang-orang yang berada diluar anggota kerabat biologis seorang anak. Kadangkala terdapat agen sosialisasi yang merupakan anggota kerabat sosiologisnya, misalnya pramusiwi, menurut Gertrudge Jaeger peranan para agen sosialisasi dalam sistem keluarga pada tahap awal sangat besar karena anak sepenuhnya berada dalam ligkugan keluarganya terutama orang tuanya sendiri.

2.       Teman Pergaulan
Teman pergaulan (sering juga disebut teman bermain) pertama kali didapatkan manusia ketika ia mampu berpergian ke luar rumah. Pada awalnya, teman bermain dimaksudkan sebagai kelompok yang bersifat rekreatif, namun dapat pula memberikan pengaruh dalam proses sosialisasi setelah keluarga. Puncak pengaruh teman bermain adalah pada masa remaja. Kelompok bermain lebih banyak berperan dalam membentuk kepribadian seorang individu.
Berbeda dengan proses sosialisasi dalam keluarga yang melibatkan hubungan tidak sederajat (berbeda usia, pengalaman, dan peranan), sosialisasi dalam kelompok bermain dilakukan dengan cara mempelajari pola interaksi dengan orang-orang yang sederajat dengan dirinya. Oleh sebab itu, dalam kelompok bermain, anak dapat mempelajari peraturan yang mengatur peranan orang-orang yang kedudukannya sederajat dan juga mempelajari nilai-nilai keadilan.
3.       Lembaga pendidikan formal (sekolah)
Menurut Dreeben, dalam lembaga pendidikan formal seseorang belajar membaca, menulis, dan berhitung. Aspek lain yang juga dipelajari adalah aturan-aturan mengenai kemandirian (independence), prestasi (achievement), universalisme, dan kekhasan (specificity). Di lingkungan rumah seorang anak mengharapkan bantuan dari orang tuanya dalam melaksanakan berbagai pekerjaan, tetapi di sekolah sebagian besar tugas sekolah harus dilakukan sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab.
4.       Media massa
Yang termasuk kelompok media massa di sini adalah media cetak (surat kabar, majalah, tabloid), media elektronik (radio, televisi, video, film). Besarnya pengaruh media sangat tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan.
Contoh:
Penayangan acara SmackDown! di televisi diyakini telah menyebabkan penyimpangan perilaku anak-anak dalam beberapa kasus.
Iklan produk-produk tertentu telah meningkatkan pola konsumsi atau bahkan gaya hidup masyarakat pada umumnya.
Gelombang besar pornografi, baik dari internet maupun media cetak atau tv, didahului dengan gelombang game eletronik dan segmen-segmen tertentu dari media TV (horor, kekerasan, ketaklogisan, dan seterusnya) diyakini telah mengakibatkan kecanduan massal, penurunan kecerdasan, menghilangnya perhatian/kepekaan sosial, dan dampak buruk lainnya.


Agen-agen lain
Selain keluarga, sekolah, kelompok bermain dan media massa, sosialisasi juga dilakukan oleh institusi agama, tetangga, organisasi rekreasional, masyarakat, dan lingkungan pekerjaan. Semuanya membantu seseorang membentuk pandangannya sendiri tentang dunianya dan membuat presepsi mengenai tindakan-tindakan yang pantas dan tidak pantas dilakukan. Dalam beberapa kasus, pengaruh-pengaruh agen-agen ini sangat besar.


Rabu, 26 September 2012

Materi Sosiologi (Nilai dan Norma Sosial)


A.  NILAI SOSIAL

1. PENGERTIAN

Apakah yang dimaksud  dengan nilai?, dalam pemahaman sehari-hari nilai diartikan sebagai harga (taksiran harga), ukuran dan perbandingan dua benda yang dipertukarkan, angka kepandaian (nilai ujian, nilai raport), kadar mutu dan bobot. Namun dalam sosiologi memiliki pengertian yang lebih luas. Yaitu segala sesuatu yang baik, yang diinginkan, yang dicita-citakan dan yang dianggap penting oleh warga masyarakat.
                                             Nilai terbentuk dari apa yang benar, pantas dan luhur untuk dikerjakan dan diperhatikan. Nilai bukan keinginan, melainkan apa yang diinginkan sehingga bersifat subjektif. Nilai juga bersifat relatif, artinya apa yang menurut kita      benar belum tentu benar bagi orang lain.  penentuan s uatu  nilai             
            tergantung pada ukuran dan   pandangan orang banyak 

                  
Nilai sosial adalah penghargaan yang diberikan masyarakat kepada segala sesuatu yang baik, benar, penting, luhur, pantas dan mempunyai dayaguna fungsional bagi perkembangan dan kebaikan hidup bersama

2. TOLOK UKUR / ACUAN NILAI SOSIAL
Setiap masyarakat mempunyai nilai yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan setiap masyarakat mempunyai tolok ukur nilai yang berbeda-beda pula. Selain itu, perbedaan cara pandang masyarakat terhadap nilai mendorong munculnya perbedaan nilai. Misalnya, suatu masyarakat menjunjung tinggi anggapan tentang waktu adalah uang dan kerja keras. Sedang di masyarakat lain menganggap kedua hal tersebut tidak penting atau dianggap sebagai
gejala materialisme.

 Contoh lain adalah kebiasaan dan perilaku seorangmenjaga kebersihan tubuhnya dengan mandi setiap hari.
Tindakan mereka didasarkan pada nilai kebersihan dan nilai kesehatan. Masyarakat menganggap bahwa kebersihan itu baik. Berbeda dengan masyarakat yang tinggal di daerah miskin air. Mandi bukanlah hal yang harus dilakukan. Menurut mereka menjaga kebersihan tidak harus dengan mandi.
  
Dari dua peristiwa di atas, terlihat adanya perbedaan nilai antara masyarakat satu dengan masyarakat lainnya, inilah yang disebut dengan Nilai Bersifat RELATIF. Selain itu, tatanan nilai dalam suatu masyarakat dapat mengalami pergeseran atau perubahan.

Contoh, dalam keluarga tradisional beranggapan bahwa seorang istri adalah konco wingking suami. Dalam keluarga tradisional, tugas seorang perempuan hanya mengurus keluarga dan melayani suami. Kebebasan perempuan untuk mengembangkan potensi serta berkarier menjadi terbatas. Namun, seiring dengan perkembangan zaman serta meningkatnya kebutuhan hidup, keberadaan perempuan mulai diakui. Saat ini peran perempuan tidak terbatas pada ibu rumah tangga. Namun, pekerjaan yang biasa dilakukan oleh laki-laki tidak jarang pula dilakukan oleh kaum hawa ini. Lantas, apa yang menjadi tolok ukur suatu nilai dalam masyarakat? Suatu nilai dapat tetap dipertahankan apabila nilai tersebut mempunyai daya guna fungsional, artinya mempunyai kebermanfaatan bagi kehidupan masyarakat itu sendiri, seperti pada contoh di atas. Dengan kata lain, tolok ukur nilai sosial ditentukan dari kegunaan nilai tersebut. Jika berguna dipertahankan, jika tidak akan terbuang seiring dengan berjalannya waktu

Jadi tolok ukur atau acuan nilai sosial  Adalah dari dayaguna, penghargaan, penerimaan, dan pengakuan yang diberikan oleh sebagian besar atu seluruh anggota masyarakat terhadap suatu nilai.

3. SUMBER NILAI SOSIAL

a.       Tuhan.
Nilai ini disampaikan melalui ajaran agama, dan bersumber dalam kitab suci setiap agama. Nilai sosial ini memberikan pedoman cara bersikap dan bertindak bagi manusia. Contoh: nilai tentang hidup sederhana, kejujuran, berbuat baik, dsb. Para
ahli menyebut ini dengan nilai Theonom                                                                                    
                                                                                                                                                                                                               
b.       Masyarakat
Nilai yang bersumber dari kesepakatan banyak orang, contoh: pancasila, Tap MPR, Perda, dsb. Nilai ini disebut dengan nilai Heteronom

c.        Individu
Nilai ini bersumber dari pandangan individu yang memiliki kelebihan dari kebanyakan orang, kemudian dipakai oleh orang banyak untuk menjadi acuan bersikap dan bertindak. Contohnya konsep Trias Politika oleh JJ Rousseau. Nilai ini disebut nilai Otonom

4. FUNGSINILAI SOSIAL

a.  Sebagai Petunjuk Arah  (Orientasi) Bersikap dan Bertindak

Cara berfikir dan bertindak anggota masyarakat dipandu dan diarahkan oleh nilai-nilai yang diyakini kebenarannya. Contoh:
1)    Nilai pancasila merupakan petunjuk cara bertindak dan bersikap bagi warga Negara Indonesia
2)    Nilai agama merupakan petunjuk agar orang selalu berbuat baik, dan tehindar dari dosa
3)    Nilai Kejujuran. Nilai dan norma sosial berfungsi sebagai petunjuk arah dalam bersikap dan bertindak. Ini berarti nilai dan norma telah melekat pada diri individu atau masyarakat sebagai suatu petunjuk perilaku yang diyakini kebenarannya. Misalnya, sebagai seorang kepala RT, Pak Jaya memegang teguh nilai kejujuran. Setiap tindakan dan tutur katanya mencerminkan kejujuran. Suatu saat ia mengetahui bahwa salah satu teman sekerjanya menyeleweng-kan dana pemerintah untuk kepentingan sendiri, tanpa ragu-raguia menegurnya dan meminta untuk tidak mengulanginya. Dari sinilah terlihat adanya nilai dan norma menjadi petunjuk arah bersikap dan bertindak seseorang. Nilai kejujuran yang dipegang oleh Pak Jaya membatasinya untuk bersikap dan bertingkah laku sama seperti teman sekerjanya walaupun hal itu menguntungkan. Sikap dan tindakan Pak Jaya selanjutnya dapat dicontoh oleh warga masyarakat yang lain dalam berbagai segi kehidupan. Dengan demikian, warga masyarakat akan berperilaku sebagaimana yang diinginkan oleh sistem nilai dan norma.

b.  Sebagai Pemersatu
Nilai dapat berfungsi sebagai pengumpul dan pemersatu banyak orang. Contoh:
1)     Nilai agama mempersatukan banyak orang yang berbeda suku, bahasa,  untuk berkumpul dan bersatu,  Contoh:  NU, Muhammadiyah, dsb
2)     Nilai ekonomi mempersatukan orang dalam ikatan usaha, seperti CV, PT, dsb

c.  Sebagai Benteng Perlindungan
Nilai juga merupakan tempat berlindung bagi para pencintanya, kata perlindungan baru memiliki makna nyata kalau terjadi ancaman bagi pencinta nilai tersebut. Contoh:
1)     Nilai Pancasila sebagai benteng perlindungan bagi bangsa Indonesia dari pengaruh Komunisme, dan liberalisme
2)       Nilai agama sebagai benteng perlindungan bagi ummmat dari perbuatan dosa

d.  Sebagai pendorong/motivator
Contoh:
1)    Nilai pahala menjadi motivator orang untuk selalu berbuat baik dan beribadah
2)    Nilai kepintaran menjadi motivator orang untuk selalu rajin belajar
3)    Nilai kekayaan menjadi motivator orang untuk rajin bekerja dan giat menabung

5. JENIS-JENIS NILAI SOSIAL

Menurut Notonagoro secara garis besar nilai dibagi menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut:
a.        Nilai Material : adalah segala benda yang memiliki fungsi dan kegunaan bagi masyarakat
b.       Nilai Vital : adalah segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia untuk dapat hidup dan beraktifitas
c.        Nilai Spiritual : adalah segala sesuatu yang berguna bagi rohani/jiwa manusia. Nilai ini dibedakan menjadi:
1)       Nilai kebenaran bersumber dari akal dan rasio manusia
2)       Nilai Keindahan bersumber dari perasaan manusia
3)       Nilai Moral, bersumber dari kehendak  manusia
4)       Nilai Religius, bersumber dari ajaran tuhan dan merupakan nilai tertinggi yang bersifat mutlak

6. CIRI-CIRI NILAI SOSIAL

a.        Sebagai hasil interaksi antar warga masyarakat
b.       Dapat ditularkan
c.        Terbentuk melalui proses belajar
d.       Berbeda dan bervariasi antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain
e.       Dapat mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap setiap orang baik positif maupun negatif
f.         Merupakan asumsi/anggapan dariberbagai obyek di dalam masyarakat

B.   NORMA SOSIAL

1.  PENGERTIAN

Nilai dan norma memiliki perbedaan, namun keduanya saling terkait. Nilai merupakan segala sesuatu yang baik, diinginkan, dicita-citakan dan dianggap penting oleh masyarakat. Sedangkan Norma merupakan idah cara bertindak dan berprilaku yang dibenarkan untuk mendapatkan nilai. Singkatnya nilai adalah pola kelakuan yang diinginkan, sedangkan norma adalah cara kelakuan sosial yang disetujui untuk mendapatkan nilai.
Norma adalah petunjuk hidupyang brisi perintah dan larangan yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan bersama dan bermaksud untuk mengatur setiap perilaku manusia di dalam masyarakat guna mencapai ketertiban dan kedamaian.

2.       MACAM-MACAM NORMA SOSIAL

a.       Berdasarkan Daya Ikat Sanksi

1)    Norma Cara (usage)
Adalah norma dengan daya ikat sanksi yang sangat lemah, bersifat individualis, sanksi berupa celaan. Contoh: cara berjalan, cara makan, cara menandai buku yang sudah dibaca.

2)    Norma kebiasaan (folkways)
Adalah perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk yang sama, karena banyak orang menyukai perbuatan tersebut, sanksi berupa celaan. Contoh: kebiasaan pamit kepada orang tua dengan mencium tangan kedua orang tua

3)    Norma Tata Kelakukan (Mores)
Adalah kebiasaan yang mendarah daging, yang didasarkan pada ajaran agama, filsafat dan moral. Contoh: hormat dan taat kepara kedua orang tua, bergotong royong

4)    Norma Adat Isitadat (custom)
Adalah tata kelakuan yang telah terintegrasi kuat dan menyatu dengan pola prilaku masyarakat. Contoh: orang yang tidak mengumpulkan “dulang” (jajan) pada waktu Maulid (munit) akan dikucilkan dan dicela

5)    Norma Hukum (law)
Gb. 9 Pengadilan  simbol norma LAW
 
Rangkaian aturan yang berisi perintah, larangan dan kewajiban yang tertulis, dengan sanksi berupa kurungan, denda, penjara, dan hukuman mati.

6)    Norma mode (fashion)
Cara dan gaya dalam melakukan sesuatu dan sifatnya berubah-ubah namun diikuti dan disukai orang banyak.

b.  Berdasarkan Resmi Tidaknya

1). Norma Tidak Resmi

Adalah patokan bertingkahlaku yang dirumuskan secara tidak jelas (subconscious) dan pelaksanaannya tidak diwajibkan bagi warga masyarakat bersangkutan. Walaupun tidak diwajibkan semuan anggota masyarakat sadar bahwa patokan itu harus ditaati karena mempunyai kekuatan memaksa dibangingkan patokan resmi. Contoh: aturan dalam kelompok primer (keluarga), dibedkan menjadi:
a)         Norma Kesusilaan: aturan yang didasarkan pada hati nurani atau akhlak manusia . norma ini bersifat universal, artinya dimiliki oleh semua manusia akan tetapi dalam bentuk yang berbeda. Misalnya prilaku pemerkosaan, pembubuhan, umumnya ditolak oleh setiap masyarakat, akan tetapi kadar penolakannya berbeda-beda.
b)         Norma Kesopanan: norma yang berpangkal dari cara bertingkah laku yang berlaku di masyarakat. Norma ini bersifat relatif, artinya penerapannya berbeda di setiap tempat, lingkungan dan waktu. Misalnya penentuan pantas, baik dan buruk antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain berbeda
c)         Norma Kebiasaan (habit) : hasil perbuatan/cara yang diulang-ulang dalam bentuk yang sama karena orang  banyak menyukainya. Orang yang tidak melakukan dalam lingkungannya dianggap aneh. Misalnya mudik menjelang hari raya

2). Norma Resmi

Adalah patokan yang dirumuskan secara jelas dan tegas dan pelaksanaannya diwajibkan kepada semua anggota masyarakat. Contoh KUHP dalam masyarakat modern. Dibedakan menjadi:
a)         Norma Agama: aturan yang berasal dari kaidah suatu agama dan bersumber dari kitab suci. Norma ini bersifat mutlak dan mengharuskan ketaatan bagi memeluknya. Orang yang taat dijanjikan keselamatandan sebaliknya orang yang tidak taat dijanjikan kebinasaan kelak di akhirat.
b)         Norma Hukum: himpunan petunjuk hidup yang berisi perintah dan larangan dalam suatu masyarakat/Negara yang dilengkapi dengan sanksi yang dijalankan oleh suatu lembaga yang memiliki kekuatan memaksa seperti kepolisian, kejaksaan, pengadilan, KPK, dsb.

Agar suatu Norma dapat berfungsi dengan baik, di perlukan beberapa syarat sebagai berikut:
1.     Norma hasrus diketahui oleh semua anggota masyarakat
2.     Norma harus di pahami dan di mengerti oleh setiap anggota masyarakat
3.     Norma harus dihargai karena dianggap bermanfaat oleh setiap anggota masyarakat
4.       Norma harus ditaati dan dilaksanakan
 
 








Materi Sosiologi (Interaksi Sosial)


               INTERAKSI SOSIAL.

Perhatikan gambar di atas, apa yang dilakukan oleh orang-orang yang saling BERINTERAKSI

Interaksi selalu dilakukan oleh setiap individu dalam masyarakat, hal ini diaenakan ketebatasan setiap individu dalam memenuhi hidupnya.

1.   PENGERTIAN

Hakekat hidup manusia dalam masyarkat adalah terdiri dari relasi-relasi yang mempertemukan mereka dalam usaha bersama yang bersifat tetap, seperti beribadah, mencari nafkah, bersekolah, rekreasi, dan sebagainya. Relasi yang bersifat agak sementara seperti: bertamu, makan bersama, tawar menawar, dan sebagainya. Inti pokok dalam hidup bermasyarakat adalah interaksi, yaitu aksi / tindakan yang dibalas dengan reaksi.

Kodrat manusia selalu ingin hidup bersama dengan orang lain. Karena pada dasarnya manusia sejak lahir telah memiliki keterbatasan, misalnya: seorang anak saat baru lair memerlukan perawatan ibunya, pemenuhan kebutuhan kesehatan, pendidikan, dsb. Manusia membutuhkan banyak hal dalam hidupnya, yang semuanya terpenuhi dengan mengadakan hubungan sosial, melalui hubungan sosial seseorang menyampaikan maksud, tujuan, dan keinginannya untuk mendapatkan tanggapan (reaksi)  dari orang lain. Keadaan ini menyebabakan terjadinya hubungan timbal balik yang disebut interaksi sosial, yatu adanya aksi dan reaksi antara satu orang dengan orang lain.

Interaksi sosial adalah hubungan dinamis yang menyangkut hubungan antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok, yang dapat berbentuk kerjasama, persaingan maupun pertikaian.

Tindakan dan interaksi sosial mempunyai hubungan yang tidak terpisahkan. Tindakan sosial adalah tindakan yang dipengaruhi atau untuk mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan dan maksud tertentu. Sedangkan interaksi sosial adalah hubungan yang terjadi sebagai akibat adanya tindakan individu-individu. Terjadinya hubungan timbal balik disebabkab oleh adanya tindakan (aksi) dan tanggapan (reaksi) antara dua orang  atau lebih. Tanpa tindakan tidak mungkin ada hubungan. Tindakan merupakan dasar bagi terbentuknya tindakan sosial dan interaksi sosial. Bila interaksi sosial terjadi maka secara otomatis di dalamnya ada tindakan dan tindakan sosial.

2.  Dinamika Sosial.

Melalui interaksi akan terjadi perubahan-perubahan yang memungkinkan terbentuknya hal- hal baru sehingga dinamika masyarakat menjadi hidup dan dinamis. Oleh karena itu, interaksi sosial merupakan dasar terbentuknya dinamika sosial yang ada di masyarakat. Pehatikan ilustrasi berikut

Dalam sosiologi, DINAMIKA SOSIAL diartikan sebagai keseluruhan perubahan dari seluruh komponen masyarakat dari waktu ke waktu. Keterkaitannya dengan interaksi adalah interaksi mendorong terbentuknya suatu gerak keseluruhan antara komponen masyarakat yang akhirnya menimbulkan perubahan-perubahan dalam masyarakat  Wujud konkret dari dinamika sosial antara lain perubahan jumlah penduduk, perubahan kualitas penduduk, perubahan struktur pemerintahan, perubahan mata
pencaharian, perubahan komposisi penduduk, dan lain-lain

3.  CIRI-CIRI INTERAKSI SOSIAL
a.        Pelaku lebih dari satu orang
b.       Ada komunikasi antar pelaku dengan mengunakan simbol-simbol (bahasa)
c.        Ada tujuan yang hendak dicapai

Perlu diketahui tidak semua tindakan sosial disebut sebagai interaksi sosial. Kerumunan orang di jalan raya akibat kabut asap yang menutupi pandangan bukanlah interaksi sosial. Akan tetapi telah terjadi tabrakan beruntun di jalan tol, dan pengemudi saling menuduh, berkelahi, saling menolong, maka baru di sebut sebagai interaksi sosial.

4.  SYARAT TERJADINYA INTERAKSI SOSIAL.

a.  Kontak Sosial.
Adalah aksi individu, kelompok dalam nbentuk isyarat yang memiliki makna bagi sipelaku dan penerima, dan penerima membalas aksi dengan reaksi.

 Macam-macam Kontak Sosial
1)    Kontak Primer: kontak yang terjasi secara langsung, tanpa perantara, seperti saling tersenyum, berpelukan, dsb.
2)    Kontak sekunder: kontak yang terjadi secara tidak langsung melalui media perantara, seperti TV, Surat Telefon, HP, dsn.
3)    Kontak Positif: jika hubungan mengarah pada sebuah kerjasama
4)    Kontak Negatif: jika hubungan mengarah pada pertentangan, konflik.

b.  Komunikasi Sosial
Adalah proses seseorang meyampaikan sinyal (pesan) dan orang lain memberi tafsiran atas sinyal tersebut dan mewujudkan dalan bentuk perilaku.
Dari uraian di atas Nampak komunikasi hampir sama dengan kontak, namun kontak belum tentu komunikasi. Karena komunikasi menuntut adanya pemahaman makna.

Contoh:
§  Rudi menepuk Bahu Sam, kemudia Sam memahami tepukan itu sebagai ajakan (kontak), lalu Sam bertanya, kemana?, Rudi menjawab ke kantin (komunikasi) lalu mereka berjalan berdua ke kantin (interaksi sosial)
§  Orang Sumbawa bertemu orang Sasak, lalu berjabat tangan (kontak), orang Sumbawa bertanya dengan mengunakan bahasa Sumbawa, namun orang sasak hanya terdiam karena tidak mengerti bahasa Sumbawa (komuikasi).

Bentuk-bentuk komunkasi:
1)    Komunikasi langsung/primer; adalah komunikasi yang terjadi secara langsung dan bertatapmuka tanpa menggunakan media perantara
2)    Komunikasi tidak langsung / sekunder: kebalikan dari komunikasi primer
3)   Komunikasi Positif: apabila dua orang yang berkomunikasi saling emahami maksud dan tujuan dan menghasilkan sebuah kerjasama
4)   Komunikasi Negatif: bila dua orang yang berkomunikasi tidak saling memahami maksud dan tujuan  (miskomunikasi), dan perbuatannya tidak menghasilkan sebuah kerjasama.

5.  FAKTOR YANG MENDASARI INTERAKSI SOSIAL

Menurut  Soerjono Soekanto, interaksi sosial berlangsung dengan didasari oleh faktor-faktor antara lain:
a.       Imitasi
Adalah proses belajar dengan cara meniru orang lain baik dalam wujud sikap  (attitude), penampilan (performance), tingkahlaku (behavior), maupun gaya hidup (life style). Imitasi dapat berpengaruh positif maupun negatif, berpengaruh positif apabila yang dicontoh adalah cara-cara baik, dan berpengaruh negatif, bila yang dicontoh adalah perbuatan atau perilaku menyimpang.

b.       Sugesti
Adalah cara pemberian pengaruh atau pandangan oleh seseorang kepada orang lain dengan cara-cara tertentu, sehingga orang tersebut mengikuti tanpa berfikir panjang. Proses sugesti lebih mudah terjadi apabila orang yang  memberi pengaruh adalah orang yang memiliki kharisma, pengaruh, kuasa. Dan orang yang menerima pengaruh kondisi emosionalnya sedang tidak stabil.

c.        Identifikasi
Adalah kecenderungan dan keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi “sama” dengan fihak lain. Identifikasi berlangsung dalam keadaan dimana orang yang melakukan identifikasi benar-benar mengenal fihak lain yang menjadi tokoh atau idolanya. Sehingga sikap, pandangan, gaya hidup, mode yang dimiliki tokoh idola tersebut ingin dimiliki dan dijiwai, dan bukan sekedar mencontoh seperti dalam imitasi.

d.       Simpati
Adalah perasaan tertarik, yang timbul dalam diri seseorang yang membuatnya merasa sedikit-sedikit berada dalam keadaan orang lain. Simpati mirip dengan identifikasi, namun perbedaannya dalam simpati yang memegang peranan penting adalah unsur perasaan.
e.       Empanti
Sama dg simpati akan tetapi empati lebih mendalam dan lebih mengarah kepada tindakan nyata, misalnya menyumban orang yg kena musibah

A.  BENTUK-BENTUK INTERAKSI SOSIAL

Interaksi sosial ada dua bentuk dalam prosesnya.yaitu proses  yang berbentuk Asosiatif dan proses Disosiatif. Berikut penjelasannya.

1.  Proses Asosiatif (keteraturan sosial)

Adalah suatu keadaan dimana hubungan–hubungan sosial berlangsung secara selaras, serasi, dan harmonis menurut nilai-nilai dan norma yang berlaku. Proses asosiatif dibedakan menjadi 4 bentuk, sebagai berikut:

a.        Kerja Sama (cooperation)
Adalah suatu usaha bersama antar pribadi atau kelompok manusia untuk mencapai sutu atau beberapa tujuan bersama.

Bentuk-bentuk Kerjasama:
1)    Tawar Menawar (bargaining), adalah perjanjian atau persetujuan antara fihak-fihak yang mengikat diri atau bersengketa, melalui pendekatan, pemberian usul, dll.
2)    Kooptasi adalah proses penerimaan usul-usul baru oleh pimpinan suatu organisasi sebagai salah satu cara untuk menghindari suatu kegoncangan dalam organisasi
3)    Koalisi adalah gabungan / kombinasi dua atau lebih organisasi politik dengan tujuan yang sama
4)    Usaha Patungan adalah kerjasama dalam pengerjaan proyek tertentu

Motivasi Orang Bekerja Sama:
§  Adanya orientasi perseorangan terhadap kelompoknya
§  Adanya ancaman dari luar (musuh bersama)
§  Merasa tersinggung (dirugikan)
§  Untuk mencari keuntungan pribadi
§  Semata-mata untuk menolong orang lain


b.       Akomodasi (accommodation)
Adalah dua atu lebih individu atau kelompok berusaha untuk saling menyesuaikan diri, tidak saling menggangu dengan cara mencegah / mengurangi atau menghentikan ketegangan yang muncul sehingga tercapai kestabilan dan kedamaian.

Tujuan Akomodasi:
§  Mengurangi pertentangan antara dua individu atau kelompok
§  Mencegah terjadiya ketegangan secara terus menerus
§  Memungkinkan terjadinya kerjasama
§  Mengupayakan terjadinya peleburan antara dua kelompok yang berbeda, misalnya lewat perkawinan campuran (amalgamasi)
§   
Bentuk-Bentuk Akomodasi:
1)    Koersi (coercion): adalah akomodasi dengan cara paksaan, satu fihak berada pada posisi lemah dan fihak lainnya pada posisi kuat.
2)    Kompromi (compromise): adalah akomodasi dengan cara fihak yang bertikai saling mengurangi tuntutan agar tercapai penyesuaian perselisihan
3)    Arbitrasi (arbitration): adalah cara untuk mencapai sebuah kompromi melalui fihak ketiga yang berwenang untuk menyelesaikan masalah. Dan keputusan yang diambil oleh fihak ketiga wajib dilaksanakan oleh kedua belah fihak yang berkonflik. Contoh: konflik antara perusahaan dengan buruh tentang Gaji (UMR), maka akan diselesaikan oleh Pemerintah (Depnaker)
4)    Mediasi (mediation), hampir mirif dengan arbitrasi, hanya saja fihak ketiga bersifat netral dan berfungsi hanya sebagai penasehat untuk mengusahakan jalan damai, akan tetapi tidak memiliki kewenangan untuk menyelesaikan masalah
5)    Konsiliasi (conciliation) adalah suatu usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan dari fihak-fihak yang bertikai untuk mencapai suatu kesepakatan. Contoh mempertemukan keinginan wakil buruh, wakil perusahaan, dan Jamsostek untuk mencapai kesepakatan tentang jaminan sosial.
6)    Toleransi (tolerance) bentuk akomodasi yang terjadi secara tidak sadar dan spontan akibat reaksi  alamiah individu dan kelompok yang ingin menghindari perselisihan. Contoh: pada saat bulan puasa maka ummat agama lain akan menghindari makan ditempat terbuka disembarang tempat sebagai toleransi terhadap ummat muslim.
7)    Stalemate: terjadi ketika fihak-fihak yang bertikai memiliki kekuatan yang seimbang hingga pada akhirnya pertikaian tersebut berhenti pada titik tertentu. Contoh: konflik antara Korea Utara dengan Korea Selatan di bidang senjata nuklir.
8)    Adjudikasi (adjudication) cara penyelesaia konflik / masalah melalui pengadilan
9)    Eliminasi (elimination) pengunduran diri salah satu fihak yang terlibat konflik karena mengalah.
10)Konversi adalah penyelesaian konflik dimana salah satu fihak yang mengalah bersedia menerima pendirian  fihak lain.
11)Rasionalisasi adalah pemberian alasan yang kedengarannya masuk akal untuk membenarkan  suatu perbuatan yang sebetulnya akan menimbulkan masalah atau menghindari suatu keadaan yang sebetulnya akan menibulkan konflik / masalah
12)         Subjugation dan Domination adalah fihak yang memiliki kekuatan besar meminta fihak lain untuk menaatinya.

c.  Asimilasi
Adalah merupakan usaha-usaha untuk mengurangi perbedaan antariandividu atau antarkelompok guna mencapai suatu kesepakatan  berdasarkan kepentigan dan tujuan bersama. Menurut Koentjaraningrat proses asimilasi akan timbul jika ada kelompok yang memiliki perbedaan kebudayaan , kemudian saling berinteraksi secara langsung dan terus menerus dalam waktu yang lama, sehinga kebudayaan masin-masing kelompok saling mennyesuaikan diri dan mengalami perunbahan. Jika ada dua individu  atau kelompok melakukan asimilasi maka batas-batas antarkelompok akan hilang dan keduanya melebur menjadi satu kelompok yang baru. Proses tersebut dapat digambarkan dengan ilustrasi berikut:
A
C
B
Hexagon: C
 
                       +                          =



Faktor yang Mempermudah Terjadinya asimilasi:
1)    Toleransi tehadap kelompok lain yang memiliki kebudayaan berbeda
2)    Adanya kesempatan yang sama dibidang ekonomi bagi semua golongan masyarakat
3)    Sikap saling menghargai kebudayaan
4)    Sikap terbuka penguasa terhadap semua golongan masyarakat
5)    Pengetahuan akan persamaan unsur-unsur kebudayaan yang berbeda
6)    Perkawinan campuran (amalgamasi)
7)    Adanya musuh bersama

Faktor penghambat / penghalang terjadinya Asimilasi:
1)    Letak geografis terisolir (tertutup)
2)    Rendahnya pengetahuan tentang kebudayaan lain
3)    Adanya ketakutan yang berlebihan terhadap kebudayaan lain
4)    Sikap superior (menilai tinggi  dan lebih kebudayaan sendiri)
5)    Perbedaan ciri-ciri ras yang menonjol
6)    Perasaan in-group feeling yang kuat
7)    Perbedaan kepentingan

d.       Akulturasi (acculturation)
Adalah Perpaduan dua kebudayaan yang berbeda  dan membentuk suatu kebudayaan baru dengan tidak menghilangkan dua ciri kepribadian dua kebudayaan sebelumnya.
Contoh:
Ø candi Borobudur hasil perpaduan kebudayaann India dengan kebudayaan Indonesia
Ø musik keroncong hasil perpaduan musik Portugis dengan musik Indonesia
Ø Masjid demak hasil perpaduan budaya Arab dengan budaya Jawa

untuk lebih jelasnya dapat dilihat ilustrasi berikut ini:

                       
                        +                         =
 


Akulturasi akan berlangsung lama jika proses masuknya kebudayaan asing melalui pemaksaan, dan proses akulturasi akan berjalan cepat jika masuknya kebudayaan asing melalui jalan damai.

Menurut proses terjadinya keteraturan sosial terjadi melalu tahapan proses sebagai berikut:
1)         tertib siosial (social order) suatu kondisi kehidupan masyarakat yang aman, teratur, dinais karena setiap individu bertindak sesua denga hak dan kewajibannya.
2)     Order adalah sistem nilai dan norma yang berkembang diakui dan dipatuhi oleh seluruh anggota masyarakat
3)     Keajegan suatu kondisi keteraturan yang tetap  dan tidak berubah sebagai hasil hubungan antara tindakan , nilai dan norma sosial y ang berlangsung secara terus menerus.
4)         Pola yaitu  corak hubungan yang tetap atau ajeg dalam interaksi sosial yang dijadikan model bagi semua anggota masyarakat atau kelompok.

Keempat tahapan proses tersebut di atas dapat digambarkan dengan ilustrasi berikut ini:

Keteraturan
Sosial
Oval: Keteraturan 
Sosial
3)
Oval: 3)
1)
Oval: 1)
4)
Oval: 4)
2)
Oval: 2)


                                                                                                                                         


2.       Proses Disosiatif (konflik sosial)

Adalah Suatu proses yang cenderung menghambat terciptanya keteraturan sosial, dan membawa anggota kelompok kea rah perpecahan / konflik dan merengganggak solidaritas. Proses ini dibedakan menjadi 3 bentuk:

a.        Persaingan (kompetisi)
Adalah proses sosial yang ditandai dengan adanya saling berlomba, berjuang  antar individu atau kelompok yang ada untuk mengejar suatu nilai tertentu dalam batas-batas tertentu yang dibenarkan, dengan damai, fair play agar lebih maju, lebih kuat, lebih baik, dsb.


Sifat-Sifat Persaingan:
§  Personal Kompetisi : persaingan antarindividu (rivalry)
§  Impersonal Kompetisi persaingan antarkelompok. Contoh persaingan PDIP dengan Demokrat dalam memenangkan pencalonan Presiden RI

b.  Kontravensi

Adalah suatu bentuk proses sosial yang berada antara persaingan dengan konflik. Kontravensi ditandai dengan adanya ketidakpastian, ketidakpuasan, perasaan benci yang disembunyikan, keragu-raguan, perasaan tidak suka, individu / kelompok terhadap individu / kelompok lain.

Menurut Leopold  Von Wiese dan Howard Becker, kontravensi memiliki 5 proses sebagai  berikut:
1)         Proses yang umum meliputi penolakan, keengganan, perlawanan, menghalang-halangi, engacaukan rencana fihak lain
2)         Proses yang sederhana meliputimenyangkal orang lain di depan umum, memaki orang lain, memfitnah, mencerca, memaki melalui selebaran.
3)         Proses yang intensif meliputi: berkhianat, mengumumkan rahasia fihak lain, penghasutan, menyebarkan desas-desus.
4)         Proses yang bersifat taktis meliputi: mengjutkan lawan, membingungkan fihak lainprovokasi, intimidasi, memaksa fihak lain untuk menyesuaikan diri.

c.        Pertikaian (konflik)
Adalah proses sosial atau keadaan yang ditandai dengan usaha menggagalkan, menyigkirkan, dan bahkan memusnahkan fihak lain , untuk mencapai suatu keinginan tertentu, atau karena adanya perbedaan pendapat dan pendirian mengenai banyak hal. Yang memegang peranan penting dalam konfli adalah perasaan benci, sentiment, iri hati dsb.

Bentuk-bentuk pertikaian (konflik)
1)         Konflik pribadi: erjadi antara indivdu yang satu dengan individu yangklain karena berbagai sebab
2)         Konfllik rasial terjadi karena adanya perbedaan cirri-ciri fisik, kebudayaan, dan kepentingan masing-masing ras
3)         Konflik antkelas sosial terjadi karena perbedaan kepentingan. Contoh konflik antara buruh dengan keinginan gaji tinggi dengan pengusaha/majikan dengan untung banyak dan upah buruh murah
4)         Konglik politik terjadi karena adanya perbedaan pendapat dua atau lebih partai politik
5)         Konflilk internasional, terjadi antara dua atau lebih negaraberdaulat